Puisi-Puisi May Filardha Munna
May Filardha Munna, adalah nama pena dari Siti Maemunah kelahiran Tegal, 29 Agustus 1994. Aktivitas menulis digeluti sejak SMK hingga sekarang di UIN Walisongo dengan mengikuti Lomba Cipta Puisi Nasional. Selain menulis juga aktif di gerakan koperasi mahasiswa. Berdomisili Ponpes Tafidz Al Husna Tempuran Semarang. Menulislah, waktumu sedetik lagi.
Ringkih
Hokaido merimbun mata berembun
Dipercik kilau barisan sakura kuning tua
Tokyo menimbun selingkar lamun
Ditilik gurau purnama bungsu rajab mulia
Tiba tiba pekat
Karangan sunyi berkarat
Pelepah rindu jua retak
Rupanya syaban kan bertapak
Ku tuang gula bukan bisa
Mematahkan satu lengan neraca
Menghidang Atid dengan secawan koma
Tunggang langgang penanya tak berlaga
Ringkih, ku benamkan wajah di dada fuji
Berbalut nafas kopi dan sepasang doriyaki
Diliuri maghfirah jua ilhami lantas nasuha menjadi janji
Lagi, Aku Tercuri
Tidak mungkin mendulang mimpi petang ini
Apalagi sembunyi-sembunyi menulis puisi
Bercengkrama dengan seribu kenari
Berharap sepi memecahkan diri
Siapa mengerti, ada roda merindukan kendali
Kembali menumpulkan langkah
Sedang hujan berbalik arah memaki
Tanpa tanda-tanda seperti sore yang lalu
Di simpang tiga menunggu sewindu
Entah milik siapa pelepah rindu ini
Jatuh tiba-tiba memayungi hati
Degup mendebur serambi kanan juga kiri
Bilik-bilik juga terancam pasi
Lagi, aku tercuri
Lantaran Bisu
Aku pudar lantaran bisu
Usah berbisik lantaran bisu
Gencar menyeruak lantaran bisu
Menunjuk biru untuk ungu lantaran bisu
Tuan, belilah hati ini tanpa kata
Sejak tadi menunggu menur ditata
Biji-biji delima memerahkan mahkota
Pedar, lantaran bisu mata sembunyikan cinta
Tuan, aku tak sadar benar
Berteduh diantara barisan senar
Lantaran bisu, melodiku sungguh tenar
Dunia gelak tak sadar hanya tuan engkau menatap nanar
Tuan, ku bayar sajak pelangi untukmu
Sejak pagi merantai genggam tak jemu
Tak sadar gemuruh merindukan abu abu semu
Lantaran bisu hujan meminta bertemu